Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Shalom
Om swastiastu
Namo Buddhaya
Salam Kebajikan
Perkenalkan nama saya Aziz Efendi Lubis, peserta
Kirab Pemuda 2018 perwakilan Provinsi Kepulauan Riau. Melalui program Kirab
Pemuda 2018 Tuhan memberikan pengalaman berharga yang saya beri judul ’73 hari
terbaik’ selama 21 tahun saya hidup. Kirab Pemuda 2018 sendiri merupakan
program unggulan Kementrian Pemuda dan Olahraga di bidang kepemudaan dengan
mengelilingi Indonesia selama 73 hari.
Tujuan
dari program Kirab Pemuda ini adalah menyampaikan pesan kebhinekaan ke setiap
pemuda yang berada di setiap titik singgah, merajut dan memperkuat tali
persaudaraan antarpemuda, dan menyebarkan virus-virus positif terkait peran
pemuda dalam membangun NKRI. Seperti tahun lalu, Kirab Pemuda 2018 dibagi 2
zona, yaitu zona 1 yang melintasi Indonesia bagian barat (Sabang-Jakarta) dan
zona 2 yang bergerak dari Indonesia Timur (Merauke-Jakarta). Peserta inti Kirab Pemuda 2018 terdiri dari 1
pasang (Putera
dan Puteri) perwakilan 34
Provinsi dan 10 OK (Organisasi Kepemudaan).
10 Organisasi Kepemudaan ini ialah GEMA BUDHI, FATAYAT NU, BKPRMI, HMI,
PMII, GPI, GMNI, GMKI, PMKRI, dan Forum Geosentris Muda Indonesia. Dan peserta
inti kirab pemuda didampingi oleh pendamping alumni kirab pemuda 2017 sebanyak
4 orang, pendamping kemenpora, pendamping dari Kopassus, dan dokter. Sehingga
total peserta kirab pemuda 2018 ada 100 orang yang dibagi menjadi 50 orang per
zona. Dalam kesempatan berharga ini, saya diamanahkan untuk melaksanakan tugas
dari Indonesia bagian Timur yaitu zona 2. Ada yang berbeda dari pelaksaan kirab
pemuda 2017, yaitu tahun ini peserta kirab pemuda 2018 diberikan kesempatan
untuk memiliki orangtua angkat di setiap
titik singgah dan bertempat tinggal dirumah orangtua angkat tersebut. Hal ini
tentu saja pengalaman yang luar biasa untuk saya, mendapatkan 17 orangtua angkat
di 17 provinsi di Indonesia.
Menjadi
bagian dari kirab pemuda 2018 benar-benar pengalaman tak terlupakan. Tidak
hanya belajar makna toleransi dalam perjalanan ini, namun juga mendapatkan
keluarga senusantara yang luar biasa. Dapat mengenal kebudayaan dan kearifan
lokal setiap provinsi yang dilintasi, dapat merasakan begitu banyak hal pertama
dalam hidup saya misalnya pertama kali doa dipimpin dalam ajaran selain islam
(katolik, kristen, hindu, dan budha), pertama kali mencicipi daging rusa di
Merauke, pertama kali menenun di desa sade (NTB), dan pertama-pertama yang
lain. Rasa syukur terus menerus hadir dalam hati saya, ketika dari awal
perjalanan dimulai di Merauke hingga kami berkumpul di Jakarta. Merauke
mengajarkan saya arti kesederhanaan namun melalui kesederhanaan itulah saya
dapat menjadi bangga sebagai orang Indonesia. Berkesempatan melihat perbatasan
RI-PNG di distrik sota (Merauke) saya
menggunakan kesempatan ini untuk bercengkrama dengan warga papua nugini yang
Alhamdulillah kami diperbolehkan masuk wilayah Papua Nugini walaupun hanya
sedikit. Lalu ketika kami melihat perbatasan RI-PNG di Skow (Jayapura), saya memandang puas gerbang
tinggi dan kokoh sebagai tanda batas antara negara Papua Nugini dan Indonesia.
Seolah-olah gerbang tersebut mengatakan kepada dunia bahwa Indonesia adalah
negara yang berdaulat dan bermartabat.
Melanjutkan
perjalanan kebarat Papua, rasa syukur kembali menghangatkan hati saya, ketika
saya dititipkan di keluarga angkat yang tidak memiliki kesamaan dengan saya
kecuali kami adalah sama-sama orang Indonesia. Bermodalkan rasa sebangsa dan
setanah air, saya mendapatkan kehangatan keluarga layaknya keluarga kandung.
Padahal, keluarga ini adalah orang papua dan saya adalah orang melayu, keluarga
ini beragama katolik, dan saya adalah seorang muslim, namun perbedaan itu tak
pernah berarti ketika Indonesia terpatri di hati. Hingga dititik singgah ke-17,
Bali, ketika akhirnya dipenghujung perjalanan kami, masing-masing dari peserta
kirab zona 2 menyadari bahwa 73 hari
perjalanan kami bukan hanya sekadar rekan namun kami adalah keluarga. Ketika
perjalanan hampir usai, rasa sedih menyergap kami, sebagai layaknya saudara
kandung ingin berpisah. Syukur terpanjatkan untuk keluarga baru yang Tuhan
titipkan dalam bentuk program Kirab Pemuda 2018. Keluarga nusantara yang
memiliki latar belakang berbeda baik suku, agama, kebudayaan, dan hal-hal lain.
Namun dalam satu kata Indonesia, maka program kirab pemuda telah berhasil
menyatukan kami pemuda-pemudi nusantara selama 73 hari.
"Ketika Tuhan menciptakan Indonesia, Tuhan pasti sedang tersenyum’ begitulah kira-kira ungkapan untuk keindahan alam yang dimiliki Indonesia. Dari tanah papua, maluku, sulawesi, tanah jawa, nusa tenggara dan bali."
Semuanya memiliki potensi alam luar biasa.
Potensi alam Indonesia yang sudah tak diragukan ini, alangkah baiknya
jika terus dijaga oleh kita sebagai orang Indonesia. Terutama mengenai masalah
sampah. Sangat disayangkan, jika tempat wisata yang erat dengan keindahannya,
harus dirusak dengan pemandangan tidak enak dikarenakan sampah yang bertebaran.
Oleh karenanya, saya dan rekan-rekan kirab tetap melakukan aksi bersih dengan
memungut sampah disetiap lokasi wisata yang kami kunjungi. Hal ini tidak lain,
untuk memberikan motivasi kepada masyarakat terkhusus para pemuda untuk
memiliki kesadaran lingkungan meskipun dalam keadaan sedang berlibur. Suasana
yang bersih dan pemandangan yang indah tentu akan menjadi daya tarik lebih para
turis asing ketika mengunjungi Indonesia.
Untuk
pemuda-pemudi di seluruh Indonesia terkhusus di provinsi Kepulauan Riau,
marilah pahami potensi daerah, ikut ambil serta dalam pembangunan di negeri
ini. Percaya dan yakinlah, kedepannya yang memegang tongkat estafet
kepemimpinan adalah kita. Dalam menuju bonus demografi 2030, mari kita eratkan
tangan dan rapatkan barisan untuk mempersiapkan bonus demografi sebagai
kesempatan berharga agar Indonesia Emas 2045 dapat terwujud.
Pemuda? Maju!
Indonesia? Jaya!
NKRI! Harga Mati!
Bergerak lah
Pemuda!
No comments:
Post a Comment