![]() |
Digusia Nessa, no 3 dari kiri bagian atas bersama delegasi IMYEP mempringati hari Sukan di Langkawi. |
-Terkadang, kehidupan mengajak kita untuk
berhenti sejenak dan mencari sudut pandang yang lebih luas,-
5 Oktober 2015, pagi itu langit sangat cerah. Pukul
09.00 kami sudah sampai di Bandara Soekarno-Hatta. Menunggu keberangkatan ke
Malaysia,penerbangan kami didelay karena kabut asapa yang melanda beberapa
daerah di Indonesia. Hari ini usai sudah PDT selama 4 hari, tentang
kepemimpinan dan media literacy. Bagi yang tertarik menjadi jurnalis, ini
program yang tepat. Kami mendapatkan pembekalan dari News Anchor terkenal,
penulis buku pendidikan dan direktur Asia timur dan Pasifik Kementerian Luar
Negeri.
Program PPIM atau IMYEP (Indonesia-Malaysia Youth
Exchange Program) 2015 merupakan kerjasama Kementerian Pemuda dan Olahraga RI
dan Kementerian Belia dan Sukan Malaysia. Banyak yang menggangap program ini
kurang tantangan karena Negara yang dituju hanya Malaysia. Menjadi duta muda
bangsa Program PPIM ini dianggap program kelas kedua dan kurang menarik. Karena
pergi Ke Malaysia bukanlah hal yang sulit. Tetapi saya menyadari program ini
merupakan kesempatan pemuda Indonesia dan Malaysia bertukar informasi untuk
saling berkerjasama meningkat kemampuan pemuda ASEAN dalam pasar global. Posisi
KEPRI bukan sebagai daerah terluar tapi gerbang utama Indonesia. Menjalin
hubungan baik adalah tugas kita sebagai pemuda, jangan mudah terpancing dengan
berita yang tidak benar. Karena itu program ini mengedepankan community
development dan Media Literacy. Program PPIM diharapkan bisa membangun pemuda
yang proaktif dalam menjaga hubungan baik antara Indonesia dan Malaysia.
Kenegara manapun Negara yang kami tuju, tanggung jawab menjadi duta muda bangsa
tetap sama.
![]() |
Berfoto di Perusahaan Sritex |
Karena itu saya memilih program Malaysia, melalui
program ini saya belajar tentang kepariwisata dan kepemudaan. Saya harapkan
dapat saya aplikasikan di daerah saya. Kunjungan pertama di Malaysia adalah
courtesy call dengan duta besar RI Herman Prayitno. Kami berdiskusi tentang
MEA, tanggapan Malaysia tentang Asap. Kami sempat khawatir dengan tanggapan
pihak Malaysia karena bencana Asap menyebabkan beberapa sekolah Malaysia
diliburkan. Ternyata mereka menyikapi masalah ini dengan tenang. Mereka tidak
terpancing emosi untuk melakukan protes. Dalam menghadapi MEA, Malaysia sudah
menyiapkan pemudanya. Pesan dari Bapak Dubes kami harus meningkatkan kemampuan
komunikasi dan bekerja lebih dari tanggung jawab maka kita akan maju.
![]() |
Sebelum keberangkatan ke Malaysia |
Pariwisata juga menjadi bahasan, pihak Malaysia
membuat paket wisata sederhana untuk mempromosikan budaya melalui program
wisata homestay. Disini kami belajar membuat kue tradisional dan melihat home
industry di Kampung lonek. Yang menarik ibu angkat kami masih keturunan Minang
karena kami tinggal di Negeri Sembilan. Dia sangat menyukai rendang dan ingin
sekali belajar membuat rendang. Rendang sempat dihebohkan akan dipatenkan
Malaysia. Program ini benar mengubah persepsi saya tentang Malaysia. Homestay
kampong lonek berdiri atas ide pensiunan kepala guru. Desa ini sering menerima
pemuda dari luar negeri, yang ingin merasakan denyut nadi di kehidupan
pedesaan. Bekerjasama dengan pemuda diberi pelatihan untuk membangun ekonomi
kreatif untuk mengerakkan perekonomian seperti industri mie, frozen food, lebah
dan kue tradisional. Setiap sore penduduk mempunyai kegiatan dan balai
pertemuan selalu ada kegiatan perkumpulan. Kampung lonek sangat terkenal karena
mereka masih mempertahankan rumah panggung dan pemandangan pedesaan. Karena itu
kampong ini sering dijadikan tempat lokasi syuting film. Setiap tempat diberi
free hotspot, setiap kegiatan bisa langsung di upload ke medsos sebagai sarana
promosi.
Program Homestay adalah pengembangan ekonomi kreatif karena wisatawan
bisa langsung merasakan denyut nadi kehidupan dan memahami kultur
masyarakatnya. Di Indonesia kami juga tinggal dirumah orang tua angkat di desa
Kauman, Surakarta. Disini kami belajar menari, karawitan, apresiasi sendratari
Ramayana dan gamelan. Cukup mengagetkan buddy saya Tuan Ain Husna dari Malaysia
ternyata sudah mengenal perlatan gamelan. Dia mempelajarinya di kampus, padahal
jurusannya Komputer. Saya sempat merasa malu karena baru belajar gamelan di
program ini. Indonesia harus lebih aktif mengenalkan alat music tradisional
melalui dunia pendidikan seperti di Universitas. Seluruh anak bangsa juga bisa mengenal alat
music dari berbagai daerah. Surakarta selalu menekankan spirit of Javanese.
Karena kebudayaanlah menjadi magnet pariwisata di kota kelahiran presiden
Jokowi.
![]() |
Berfoto bersama penjabat Kemenpora |
Turis berdatangan untuk mempelajari kebudayaan java disini. Filosofi
dan sejarah panjang dari kebudayaan yang ada di Indonesia yang membuat bangsa
ini berbeda dari Negara lain. Tidak ada yang menyamai kekayaan budaya
Indonesia. Dengan pengenalan kebudayan dari kedua bangsa ini kami menyadari,
kalau kami harus saling menghargai.
Selanjutnya kami berkunjung ke Kementerian Belia dan
Sukan melihat persiapan Kementerian untuk memperingati Hari Sukan di Malaysia.
Selain di Kuala Lumpur, delegasi kemudian dibawa mengunjungi langkawi di Negeri
Kedah. Yang menarik ketika mempringati hari Sukan di Langakawi. Kami di sambut
walikota langkawi layaknya duta besar. Saya berkesempatan mempromosikan kain
tradisional dan makanan khas Kepri.Kami diajak menikmati keindahan alam yang
dipadu dengan kecanggihan teknologi, cable car, museum 3D, Kilim Geopark, Rumah
Mahsuri dan tempat Industri. Semua keidahan alam yang ada di Langkawi semua
bisa kita temui di Kabupaten Kepulauan Anambas. Apalagi Pulau Bawah ditetapkan
CNN sebagai pulau tropis terindah se Asia mengalahkan Langkawi.
Saya juga
sempat berjumpa Roslee Bin Mohamad Isa Kapten TDLM yang pernah mengunjungi
Anambas untuk kegiatan NAVAL exercises. Beliau mengatakan Anambas pulau yang
indah dan ingin berkunjung kembali.
![]() |
Berfoto di Sky Bridge yang tertutup asap |
Di fase Indonesia kami baru bertemu dengan teman-teman dari
Malaysia, selain mengunjungi landmark kota Jakarta, Tema program tahun ini
adalah media literacy karena itu kamipun mendatangi Transmedia dan surakabar di
Surakarta. Di Surakarta, kami berdiskusi dengan walikota dan pemuda beprestasi
di Solo. Ada salah satu pengusaha muda dari Surkarta yang berhasil mendirikan
restaurant. Banyak peserta Malaysia antusias bertanya tentang usahanya.Kami
diundang ke Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dan belajar membatik.Yang
paling menarik ketika mengunjungi perusahaan tekstil terbesar se- Asia
Tenggara, Sritex. Perusahaan ini menyuplai seragam tentara ke lebih dari 30
negara di dunia serta menjadi penyuplai bagi merek besar seperti Zara dan
H&M. Sritex menjadi partner untuk menciptakan seragam Pasukan NATO.
Perusahaan Salah seorang teman dari Malaysia, Ariff sangat penasaran dengan teknologi
seragam pasukan Malaysia.
Bagi saya mengikuti program ini merupakan
kesempatan kita untuk belajar mellihat suatu masalah dari berbagai sudut
pandang. Mengenal pemuda-pemuda hebat yang memiliki kepedulian untuk terus
menjaga perdamaian dan kesejahteraan bagi masyarakat. Mereka berjuang
didaerahnya masing-masing dengan jalannya masing. Saya bersyukur sekali bisa
menjadi bagian dari program IMYEP bertemu dengan pemuda hebat yang memilki
kepedulian untuk suatu perubahan. Saya ingat ketika berpisah dengan teman dari
Malaysia dan Indonesia. Tidak banyak kata yang bisa diucapkan, saya seakan bisa
melihat kalau kami sudah menambahkan vitamin I untuk youth spirit. Sekarang
yang kami lakukan terus menambah Vitamin I (Indonesia, Imyepers dan berbagi
Inspirasi). Kami bukan sekelompok orang yang paling nasionalis, kami seperti
lilin kecil ditengah keramaian secercah cahaya harapan dihati kami untuk
menjadi lilin ditengah sorotan neon kota. Sebagai pemuda kami telah ikut,
walaupun hanya kecil mendorong kemajuan. Tidak harus menjadi duta yang penting
aksi nyata. Saya tulis ini sebagai rasa optimisme. Insya Allah, bangsa kita
akan lebih baik. ![]() |
Belajar di Studio Trans |
No comments:
Post a Comment